![]() |
| Ngopi sambil bahas politik Rektor dan Dekan |
Indonesia adalah negara demokrasi yang selalu memberi ruang kepada setiap warganya untuk memiliki hak untuk memilih dan dipilih. Dalam situasi seperti ini, negara mengakui bahwa warga negaranya memiliki hak untuk ikut terlibat dalam politik. Sehingga siapa saja boleh berpolitik dan dimana saja boleh berpolitik.
Menjelang tahun 2017, yang dikenal sebagai tahun pemilihan kepala daerah, mulai dari Provinsi untuk pemilihan Gubernur, hingga Kabupaten/Kota dalam pemilihan Bupati/Walikota yang selanjutnya sering disebut dengan Pemilukada atau Pemilihan Umum Kepala Daerah. Akan tetapi pembicaraan tentang politik ini hanya panas diwarung kopi saja. Siapapun dia dan diwarung kopi mana saja.
Berbicara tentang politik, seperti yang telah kuulas diatas, malam ini ada sebuah cerita yang ingin ku ceritakan. Ternyata saking bebasnya negara memberi ruang untuk berpolitik, tak terkecuali para tengku yang selama ini digadang-gadangkan sebagai orang yang anti politik, independen dan juga selalu berbaik sangka justru malam ini berbanding terbalik seperti apa yang telah terpikirkan oleh kebanyakan kita.
Maaf, saya hanya menceritakan apa yang saya lihat dan apa yang saya dengar. Tapi yang aku maksud itu, ada disamping atau sebelah meja yang aku tempati malam tanggal 29 Juli 2016 disebuah warung kopi yang ada diseputaran Banda Aceh - Aceh Besar.
Menurut isi pembicaraan yang ku tangkap, pembicaraan mereka tidak lepas dari menjadi posisi dan jabatan dalam struktural institusi. Ya, tapi institusi yang mereka maksud malam ini adalah kampus. Karena pembicaaraan para tengku-tengku ini ada kata-kata "REKTOR" dan "DEKAN" Maaf saya tidak tahu rektor dan dekan mana yang dimaksud.
Ditengah keseriusan mereka, pernah juga terdengar kata-kata yang saling menjatuhkan dan hal tidak senang untuk kita dengar terhadap lawan politiknya.
Huffft............ bagaimana penilaian anda?
Share This :


0 komentar