![]() |
| Dua pasangan tua, asik ngobrol |
Suasana warung kopi masih seperti jam 20.00 wib meskipun jam ditanganku telah menunjukkan pukul 22.35 wib. Lalu-lalang penikmat kopi plus jaringan internet gratis masih terlihat ramai. Aku yang duduk didekat tiang tengah warkop, masih menyibukkan diri dengan kode script "html" blog.
Terkadang ditengah-temgah kesibukan tersebut kusempatkan pendengaranku mendarat ke pembicaran teman sebelah meja yang ku tempati. Maklum saja pembicaraannya tidak terlalu penting untuk kuceritakan, apalagi untuk ku permasalahkan.
Tak lama kemudian, sekitar belasan menit lamanya, ku melihat seorang anak muda lanjut usia. Ya, maksudku seorang laki-laki yang berambut uban seluruh kepalanya, rambutnya disisir belah tengah, bak gaya anak muda tahun 80-an.
Jika ku perkirakan, umurnya sekitar 55 tahun keatas. Ya usia Bapak-bapaklah. Namun ia datang bukan seorang diri melainkan dengan seorang cewek yang sudah berumur sekitar 50-an. Bibirnya merah tapi tak seranum bibir Laudya Shintia Bella. Maklum saja sudah mamak diatas mamak.
Kedua duduk diatas diatas dua kursi dan satu meja yang sama, saling bertatapan serta dengan logat bicara yang serius. Tapi ku yakin mereka bukan suami istri karena dari cara duduk dan cara bicaranya, menurut dugaanku ada cerita nostalgia yang tak kesampaian saat mereka muda belia.
Semakin lama, kuperhatikan keduanya semakin serius saja. Hal ini terlihat dari tatapan matanya, seolah saling mendekap dan saling menusuk hati dengan panah asmara. Meskipun sekali-kali senyuman kecil saling berbalas-balasan.
Cihui,,, aduhai amboi. Ku yakin kalah anak muda sekarang, tak terkecuali aku. Meskipun aku sedang duduk sebelah kanan dari arah meja meraka. Sekali-kali mata mengawasinya sambil ku menggenggam handphone untuk menjepret sepasang anak tua ini.
Lebih satu jam lamanya, diperujung pertemuan mereka, lirikan mataku semakin fokus, seolah-olah aku berperan sebagai detektif agen CIA amerika yang bertugas mencari informasi dari target yang telah ditentukan. dari samping kanan, ku melihat mereka saling memperlihatkan foto yang telah siap dicetak. Jika teman menanyakan berpa jumlah fotonya, bisa ku pastikan bahwa foto tersebut tak lebih dari 5 lembar.
Memang sih, tidak banyak, namun yang menjadi titik fokusnya aku adalah ada apa dengan foto tersebut?
Semoga cerita yang aku sampaikan ini menjadi bahan renungan buat kita bersama. Dan aku juga berharap semoga semua dugaanku tentang sepasang anak tua ini salah. Dan tidak sepwrti yang saya bayangkan..
Aminn.
Kedua duduk diatas diatas dua kursi dan satu meja yang sama, saling bertatapan serta dengan logat bicara yang serius. Tapi ku yakin mereka bukan suami istri karena dari cara duduk dan cara bicaranya, menurut dugaanku ada cerita nostalgia yang tak kesampaian saat mereka muda belia.
Semakin lama, kuperhatikan keduanya semakin serius saja. Hal ini terlihat dari tatapan matanya, seolah saling mendekap dan saling menusuk hati dengan panah asmara. Meskipun sekali-kali senyuman kecil saling berbalas-balasan.
![]() |
| Mereka sedang serius |
Lebih satu jam lamanya, diperujung pertemuan mereka, lirikan mataku semakin fokus, seolah-olah aku berperan sebagai detektif agen CIA amerika yang bertugas mencari informasi dari target yang telah ditentukan. dari samping kanan, ku melihat mereka saling memperlihatkan foto yang telah siap dicetak. Jika teman menanyakan berpa jumlah fotonya, bisa ku pastikan bahwa foto tersebut tak lebih dari 5 lembar.
Memang sih, tidak banyak, namun yang menjadi titik fokusnya aku adalah ada apa dengan foto tersebut?
Semoga cerita yang aku sampaikan ini menjadi bahan renungan buat kita bersama. Dan aku juga berharap semoga semua dugaanku tentang sepasang anak tua ini salah. Dan tidak sepwrti yang saya bayangkan..
Aminn.
Share This :



0 komentar